Rabu, 25 Oktober 2017

KEASAMAN DAN KEBASAAN SENYAWA ORGANIK
Materi kali ini membahas secara detail tentang konsep asam-basa meliputi keasaman hidrogen gugus-gugus oksigen, amonium, dan karbon; kaitan antara sifat keasaman dengan elektrofilisitas, dan antara sifat kebasaan basa dengan nuklefilistas; serta faktor-faktor internal struktur yang mempengaruhi derajat kekuatan suatu spseies kimia organik.
Banyak senyawa organik dan anorganik yang memiliki sifat-sifat asam dan basa, dan menjalankan berbagai fungsi dalam reaksi.
Konsep Asam-Basa Bronsted-Lowry
Menurut teori ini, suatu asam adalah molekul yang dapat memberikan proton dan basa adalah molekul yang dapat menerima proton seperti dalam persamaan berikut,
Asam                     H+ + Basa
Definisi dalam konsep ini adalah lebih bersifat umum, dan dapat dilustrasikan dengan fakta bahwa piridin adalah suatu basa menurut Bronsted, tetapi bukan menurut Arrhenius karena tidak dapat memberikan ion hidroksida. Persamaan diatas menunjukkan bahwa pada setiap asam berhubungan dengan suatu basa yang disebut dengan basa konjugasi, dan suatu basa berhubungan suatu asam yang dikenal dengan asam konjugasi.
Ionisasi Asam dan Basa
Kekuatan asam atau basa dapat ditentukan secara kuantitatif melalui pengukuran konstanta ionisasi. Kekuatan suatu asam adalah ukuran kecenderungannya memberikan proton. Tinjau ionisasi asam (HA) yang dapat dinyatakan dengan persamaan berikut,
HA + H2O                         H3O+ + A-
Untuk asam kuat, kesetimbangan ini akan bergeser ke kakanan secara efektif, sedangkan kesetimbangan dapat dipastikan terjadi pada asam lemah. Konstanta ionisasi (Ka) dapat dinyatakan sebagai


Konsep Asam-Basa Lewis
Lewis (1923) mengusulkan suatu teori asam-basa berdasarkan peranan pasangan elektron di dalam percobaan tertentu seperti reaksi netralisasi, reaksi penggantian/substitusi, dan katalisis. Menurut teori ini, asam didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat menerima pasangan elektron dan basa adalah suatu zat yang dapat memberikan pasangan elektron. Konsep ini bersifat lebih umum dan mencakup lebih luas senyawa. Salah satunya adalah reaksi asam-basa berikut.
Kebasaan suatu senyawa tergantung pada kesedian pasangan elektronnya untuk disumbangkan. Trimetilamin lebih bersifat basa daripada amoniak akibat adanya efek dorongan elektron secara induksi dari gugus metil. Beberapa kategori senyawa-senyawa yang dapat digolongkan sebagai asam Lewis:
1. Senyawa-senyawa yang mempunyai orbital tak terisi secara sempurna, seperti aluminium klorida, boron trifluorida, dan seng klorida.
2. Senyawa-senyawa yang atom pusatnya dapat mengembangkan kulit valensinya untuk dapat menampung elektron lebih daripada delapan, seperti stanno klorida dan titanium klorida.
3. Semua ion-ion logam sederhana seperti Al+3, Fe+2, dan Ag+.
Pada dasarnya, konsep Lewis jauh lebih baik digunakan untuk membedakan antara asam dan basa tetapi masih mempunyai beberapa kelemahan. Pertama yang paling serius adalah asam protonik kuat seperti asam hidroklorida, asam sulfat, asam nitart, dan lain-lain tidak masuk dalam kelompok asam. Kedua adalah sulit untuk menandai skala kekuatan asam-basa berdasarkan definisi ini. Pada sisi lain, konsep Bronsted akan menjadi terbatas jika sistem pelarut dipertimbangkan secara luas.

Efek Penyamarataan
Asam-asam mineral seperti asam perklorat, asam hidroklorida, dan asam sulfat adalah asam kuat dan terionisasi sempurna di dalam larutan berpelarut air membentuk ion hidronium. Kekuatan keasaman setiap asam kuat disamaratakan dengan ion hidronium karena ion hidronium adalah asam yang paling kuat di dalam larutan encer berpelarut air. Hal yang harus diantisipasi adalah semua asam kuat dalam pelarut air mempunyai kekuatan keasaman yang sama, meskipun hal ini tidak benar. Hal inilah yag disebut dengan efek penyamarataan (levelling effect).
Asam Keras dan Basa Keras
Kemudahan terjadinya reaksi asam-basa tentu saja tergantung pada kekuatan asam dan basa yang bereaksi. Akan tetapi, kemudahan ini juga tergantung pada keterpenuhan kualitas lain yang disebut dengan “kekerasan” dan “kelunakan” asam atau basa. Kualitas ini tidak dapat diukur dengan tepat, namun hanya diuraikan secara kualitatif dengan ciri khas sebagai berikut:
Basa lunak. Atom-atom donornya berelektronegativitas rendah dan tinggi kemampuannya untuk terpolarisasi dan mudah untuk teroksidasi. Menarik elektron valensinya dengan lemah.
Basa keras. Atom-atom donornya berelektronegatif tinggi dan rendah kemampunya untuk terpolarisasi dan sulit untuk teroksidasi. Menarik elektron valensinya dengan kuat.
Asam lunak. Atom-atom penerimanya besar, muatan positifnya rendah, mengandung elektron tak berpasangan (p atau d) pada kulit valensinya. Tinggi kemampuannya untuk terpolarisasi dan rendah elektronegativitasnya.
Asam keras. Atom penerimanya kecil, muatan positifnya tinggi, tidak mengandung elektron tak berpasangan pada kulit valensinya. Rendah kemampuannya untuk terpolarisasi dan tinggi elektronegativitasnya. Asam dan basa dapat diurut (pendekatan) berdasarkan “keras” dan “lunaknya”. Sebagai contoh kelunakan basa menurun sesuai dengan urutan: I- > Br- > Cl- > F-; dan urutan CH3 - > NH2 - > OH- > F-. Akan tetapi kualitas tersebut tidaklah tepat sekali sehingga dipandang lebih baik apablia dikelompok ke dalam tiga golongan, yakni: keras, lunak, dan pertengahan.
Keasaman Asam Karbon
Keasaman karbon menggambarkan kecenderungan ikatan C-H untuk memindahkan proton kepada basa dan membentuk karbanion. Oleh karena ikatan C-H cukup dekat dengan homopolar dan mempunyai kecenderungan yang kecil untuk membentuk ikatan hidrogen maka umumnya tidak mudah melepaskan proton daripada ikatan O-H atau N-H. Karbon memperlihatkan keengganan menerima muatan negatif dibandingkan dengan unsur-unsur yang ada pada golongan berikutnya di dalam tabel periodik, dan dapat dikatakan bahwa anion alkil sederhana tidak bisa ada dengan bebas di dalam larutan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keasaman Karbon
Ada gunanya untuk menyimpulkan bahwa bentuk strukturlah yang memfasilitasi ionisasi asam karbon melalui penstabilan karbanion yang menjadi basa konjugasinya.


DAFTAR PUSTAKA

Firdaus. 2013. Laporan Hibah Penulisan Buku Ajar Mata Kuliah Kimia Organik Fisik II. Makkasar: Universitas Hasanuddin.
Arief, L.M. 2016. Pengolahan Limbah Industri. Yogyakarta: Andi.



Permasalahan yang timbul:
Bagaimana menentukan keasaman atau kebasaan suatu senyawa organik?

Mengapa konsep asam basa Lewis lebih mudah dalam menentukan keasaman dan kebasaan?

8 komentar:

  1. Hello anggraini
    Terima kasih atas penjelasannya
    Saya akan mencoba menjawab pertanyaan diatas
    Menurut saya keasaman dan kebasaan senyawa organik Dapat ditentukan secara kuantitatif melalui pengukuran konstanta ionisasi dan dapat pula dilihat dari kesediaan pasangan elektron yang disumbangkan sehingga dapat dilihat apakah senyawa tersebut asam atau basa.
    Semoga bermanfaat

    BalasHapus
  2. Terimakasih atas penjelasan yang saudari sampaikan, sangat bermanfaat
    baiklah disini saya akan mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan
    1. dapat ditentukan secara kuantitatif melalui pengukuran konstanta ionisasi dan dapat dilihat dari kesediaan pasangan elektron yang disumbangkan
    2. karena teori asam basa lewis menjelaskan tentang donor dan aseptor proton
    Terimakasih :)

    BalasHapus
  3. Terima kasih atas penyampaian materinya sangat bermanfaat.
    Menurut sya untuk peemasalahn yg pertama itu bisa ditentukan secara kuantitatif yaitu ketersediaan dari pasangaan elektron yg dpt disumbangkan dan masalah yg kedua karena pda asam basa lewis menjelaskan donor ataupun aseptor elektron

    BalasHapus
  4. materi yang sangat menarik, saya akn menjawab pertanyaan nomor 2 menurut saya teori asam basa lewis dapat menjelaskan secara sederhana yaitu dimana asam akan bertindak sebagai aseptor H+ sedangkan basa yang mendonorkan H+.

    BalasHapus
  5. Terimakasih untuk informasinya
    menurut saya untuk no 1. Dapat diukur dengan menggunakan alat berupa pH meter secara kuanyitatif juga dapat di tentukan dari pasangan elektron yang dapat di donorkan
    2. Karena pada teori ini hanya membahas serah terima proton diman asam sebagai aseptor dan basa swbagai proton

    BalasHapus
  6. terimakasih atas materinya..
    saya akan mencoba menjawab..
    menurut saya keasaman dan kebasaan suatu senyawa organik dapat ditentukan dengan melihat pasangan elektron yang dapat disumbangkan atau dapat dengan mengukur konstanta ionisasinya..
    selanjutnya untuk pertanyaan kedua menurut saya dikarenakan teori asam basa lewis dapat menjelaskan secara sederhana, yaitu asam sebagai penerima atau aseptor dan basa sebagai penyumbang atau donor
    maaf jika kurang tepat...

    BalasHapus
  7. Terimakasih utk materinyaa.say akan mencoba menjwab:
    1. Dapat ditentukan dengan melihat gugus fungsi pada senyawa tersebut serta secara kuantitatif melalui pengukuran konstanta ionisasi dan dapat dilihat dari kesediaan pasangan elektron yang disumbangkan.
    2. Karena penggolongan asam dan basa menurut lewis berdasrkan donor dan aseptor elektron yang terjdi pada senyawa organik tersebut.
    Semoga bermanfaat

    BalasHapus
  8. Terimakasih untuk pemaparannya, menurut saya untuk pertanyaan pertama dapat ditentukan secara kuantitatif melalui pengukuran konstanta ionisasi dan dapat dilihat dari kesediaan pasangan elektron yang disumbangkandan untuk pertanyaan yang kedua karena teori asam basa lewis menjelaskan tentang donor dan aseptor proton.

    BalasHapus